Rabu, 02 April 2014

BURUNG PERENJAK



Perenjak adalah nama  burung kecil yang lincah dan banyak berkicau. Dahulu, kelompok burung ini dimasukkan ke dalam satu suku (familia) yakni Sylviidae, namun belakangan ini --menurut taksonomi Sibley-Ahlquist yang berdasarkan analisis DNA-- suku tersebut dipecah kekerabatannya menjadi Sylviidae (part) dan Cisticolidae.

Perenjak disebut dengan nama-nama umum di pelbagai daerah, seperti prenjak (Jw.), ciblek (Jw.), cinenen (Sd.), cici atau kecici (Btw.), murai (Mly.), dan lain-lain.


Ciri Ciri
Burung ini umumnya berukuran kecil, ramping dan berekor panjang. Panjang tubuh, diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor, kebanyakan antara 10-15 cm; meski ada pula yang lebih dari 25 cm. Kebanyakan berwarna kekuningan, hijau zaitun, atau kecoklatan di punggung, dengan warna keputihan atau kekuningan di perut.
Bersuara nyaring dan resik, perenjak seringkali berbunyi tiba-tiba dan berisik. Beberapa jenis berbunyi keras untuk menandai kehadirannya,
Burung perenjak menyukai tempat-tempat terbuka, seperti wilayah semak belukar, padang ilalang, kebun, pekarangan, tepi sawah dan rawa, tepi hutan dan lain-lain.
Mencari makanannya yang berupa ulat, belalang, capung dan aneka serangga kecil lainnya, yang tersembunyi di antara dedaunan dan ranting semak atau pohon.
Jenis-jenis perenjak sering bersarang di rumpun ilalang, semak belukar atau kerimbunan daun perdu. Terkadang sarang ini ‘dititipi’ telur burung wikwik kelabu (Cacomantis merulinus) dan sebangsanya yang bersifat parasit.


Jenis perenjak yang sering teramati di sekitar kita adalah:
Suku Cisticolidae
Suku Sylviidae


Perenjak Jawa
1.PERENJAK JAWA (Prinia familiaris)
Perenjak jawa atau yang juga dikenal dengan nama ciblek adalah sejenis burung pengicau dari suku Cisticolidae (pada banyak buku masih dimasukkan ke dalam suku Sylviidae). Dalam bahasa Inggris burung ini dikenal sebagai bar-winged Prinia, merujuk pada dua garis putih pada setiap sayapnya. Nama ilmiahnya adalah Prinia familiaris
Morfologi
Burung kecil ramping, dengan panjang total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 13 cm. Hampir seluruh sisi atas badan berwarna coklat hijau-zaitun. Tenggorokan dan dada putih, perut dan pantat kekuningan. Sisi dada dan paha keabu-abuan. Ciri khasnya sayap dengan dua garis putih, serta ekor panjang dengan ujung berwarna hitam dan putih.
Paruh panjang runcing, sebelah atas berwarna kehitaman dan sebelah bawah kekuningan. Kaki langsing dan rapuh berwarna coklat kemerahan atau merah jambu.
Kebiasaan dan penyebaran
Burung yang ramai dan lincah, yang sering ditemui di tempat terbuka atau daerah bersemak di taman, pekarangan, tepi sawah, hutan sekunder, hingga ke hutan bakau. Juga kerap teramati di perkebunan teh. Dua atau tiga ekor, atau lebih, kerap terlihat berkejaran sementara mencari makanan di antara semak-semak, sambil berbunyi-bunyi keras cwuit-cwuit-cwuit.. ciblek-ciblek-ciblek-ciblek.. ! Ekor yang tipis digerakkan ke atas saat berkicau.
Mencari mangsanya yang berupa aneka serangga dan ulat, perenjak jawa berburu mulai dari permukaan tanah hingga tajuk pepohonan. Burung ini membuat sarangnya di rerumputan atau semak-semak hingga ketinggian sekitar 1,5 m di atas tanah. Sarang berbentuk bola kecil dianyam dari rerumputan dan serat tumbuhan.
Perenjak jawa adalah burung endemik (menyebar terbatas) di wilayah Sumatra, Jawa dan Bali. Di Sumatra tidak jarang sampai ketinggian 900 m dpl,  di Jawa dan Bali umum sampai ketinggian 1.500 m dpl.
Sarang Perenjak

Ancaman dan konservasi

Sebelum tahun 1990-an, burung ini boleh dibilang tidak memiliki nilai ekonomi, sehingga banyak dibiarkan bebas dan meliar seperti halnya burung gereja dan burung pipit. Sifatnya yang mudah beradaptasi dan tidak takut pada manusia menyebabkan populasi burung ini cukup tinggi pada wilayah-wilayah yang sesuai.
Setelah tahun-tahun itu, burung ini mulai banyak diburu orang untuk diperdagangkan terutama di Jawa. Apalagi burung ini mudah dijumpai di wilayah perkebunan dan memiliki keistimewaan mudah jinak. Sifat jinaknya membuat ia mudah ditangkap dengan cara dipikat yaitu memakai bantuan cermin di dalam sangkar. Burung yang tertarik dengan bayangannya sendiri akan terjebak di dalam sangkar.
Cara lain adalah dengan memasang jerat atau rajut di sekitar sarangnya, atau dengan perangkap getah (pulut) pada tempat-tempat tidurnya di waktu malam. Para penangkap burung yang terampil, bahkan, kerap hanya bermodalkan senter, kehati-hatian dan kecepatan tangan menangkap burung yang tidur di malam hari.
Sayang sekali burung ini mudah stres dan mati dalam pemeliharaan, terutama apabila yang ditangkap adalah burung dewasa. Belum lagi jika pemeliharanya tidak berpengalaman. Namun ini agaknya tidak menyurutkan minat para penangkap burung untuk terus memburunya. Sampai sekarang, burung ini masih sulit untuk dibiakkan. .
Eksploitasi yang berlebihan sangat berbahaya bagi populasi ciblek. Di wilayah-wilayah tertentu seperti di pinggiran Jakarta dan Bogor, kini seolah ‘kehabisan stok’ padahal sebelum tahun 90-an burung ini masih melimpah. Perenjak jawa semakin jarang terlihat di taman-taman, dan hadir terbatas di tempat-tempat tertentu yang masih dekat hutan.
Dalam pemeliharaan biasanya burung ini sering diberi makanan berupa kroto (tempayak dan anak semut rangrang), ulat hongkong, serta pelet (voer).

Pembedaan kelamin

Jantan dibedakan dari betina dengan ukuran tubuhnya yang lebih besar dan aktif berkicau. Ekor lebih panjang dan warna sayap yang lebih gelap.
Juga bisa dibedakan dari warna paruh bagian bawahnya :
Paruh bawah berwarna putih pucat adalah betina
Paruh bawah berwarna putih dengan ujung hitam adalah burung jantan muda
Paruh bawah berwarna hitam menyeluruh adalah burung jantan dewasa
Bila masih muda dapat dibedakan melalui kuku jari
Kuku jari kaki yang berwarna kusam adalah burung jantan
Kuku jari kaki bersih adalah burung betina

2. Cici padi (Cisticola juncidis)

Cici padi adalah nama sejenis burung pengicau yang bertubuh kecil mungil. Di musim berbiak, burung jantan kerap terbang tinggi, naik turun dan berputar-putar di suatu tempat sambil berbunyi-bunyi khas untuk menarik perhatian betinanya. Suaranya dik-dik.. dik-dik atau zit-zit ..zit-zit berulang-ulang. Karenanya, dalam bahasa Inggris dinamai sebagai Zitting Cisticola.
Berukuran kecil, panjang tubuh dari ujung paruh hingga ujung ekor sekitar 10 cm. Sisi atas tubuh kecoklatan bergaris-garis atau bercoret kehitaman, sisi bawah tubuh agak pucat; lebih putih daripada Cici merah. Tungging kuning tua kemerahan dengan ujung ekor berwarna putih menyolok. Ekor kerap digerak-gerakkan menutup dan membuka serupa kipas, sehingga burung ini juga dinamai Fan-tailed Warbler.
Alis putih, sisi leher dan tengkuk berwarna pucat. Iris mata coklat, paruh coklat, kaki putih sampai kemerahan.

Kebiasaan

Menghuni padang rumput dan persawahan, terutama dekat air. Pemalu, jarang terlihat kecuali pada musim berbiak, di mana burung jantan sesekali keluar untuk memikat betinanya. Memangsa aneka jenis serangga, Cici padi lebih banyak menjelajah di sela-sela kerimbunan batang-batang rumput yang tinggi.
Burung jantan bersifat polygamous, kawin dengan beberapa betina dalam satu musim. Sarang berupa mangkuk dibuat di antara batang-batang rumput yang lebat dan tersembunyi. Sarang ini tersusun dari daun-daun rumput yang dianyam dan dijahit dengan aneka serat tumbuhan dan jaring laba-laba. Di bagian atasnya, sering dijahitkan beberapa lembar daun atau rumput untuk menutupi dan menyamarkan sarang. Telur 3-6 butir.

Penyebaran

Cici padi menyebar amat luas mulai dari Afrika, Eropa selatan, Asia bagian selatan (India, Tiongkok, Jepang, Asia Tenggara, Semenanjung Malaya, Kepulauan Nusantara, Filipina) sampai ke Australia utara. Kebanyakan merupakan burung penetap, meski beberapa populasi Asia timur di musim dingin bermigrasi ke selatan. Seluruhnya ada sekitar 18 ras (anak jenis) burung ini.
Di Indonesia didapati di Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi. Di Sumatra, Jawa dan Bali umum terdapat sampai ketinggian 1.200 m dpl.

Cinenen Pisang
3.CINENEN PISANG   (Orthotomus sutorius)
Cinenen pisang adalah sejenis burung pengicau dari suku Sylviidae. Nama-nama lainnya dalam bahasa daerah adalah cinenen (nama umum, Sd.), prenjak (umum, Jw.), cici (umum, Btw.) dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Common Tailorbird, karena kebiasaannya menjahit dedaunan sebagai sarangnya.
Burung yang kecil dan ramping. Di Jawa, panjang total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 10 cm.
Bulu-bulu dahi dan mahkota (di atas kepala) berwarna merah karat, kekang dan sisi kepala keputihan, dengan alis kekuningan. Tengkuk keabu-abuan. Punggung, sayap dan ekor hijau zaitun. Tubuh bagian bawah putih, dengan sisi tubuh abu-abu. Jantan dan betina serupa, kecuali di musim berbiak, di mana bulu tengah ekor si jantan tumbuh memanjang.
Iris mata kuning tua pucat; paruh sebelah atas kehitaman, sebelah bawah merah jambu keputihan; kaki merah jambu. Bulu paha agak kemerahan


 Kebiasaan dan Penyebaran
Bergerak dengan lincah di antara ranting-ranting dan dari pohon ke pohon, sering bersama dengan pasangannya. Burung ini memburu aneka serangga kecil-kecil, ulat dan laba-laba dari antara dedaunan.
Cinenen pisang biasa didapati di pekarangan, kebun, hutan sekunder dan hutan-hutan lain yang terbuka. Bersarang di semak dan belukar, burung ini menjahit tepian satu atau beberapa helai daun lebar yang berdekatan, dengan serat tumbuhan atau jaring laba-laba. Sehingga terbangun semacam kantung, di mana di tengahnya dianyam sarang berbentuk bola dari rumput, ranting yang lembut dan serat tumbuhan umumnya. Oleh sebab itu burung ini dikenal sebagai tailorbird (burung penjahit). (Uraian lain dan foto sarang, dapat dilihat pada situs di bawah).
Cinenen pisang meletakkan sekitar 2-3 butir telur yang berwarna putih kehijauan dengan bercak merah jambu. Di Jawa tercatat bersarang di bulan April, dan September-Januari.
Bersuara nyaring dengan aneka lagu, te-cii te-cii te-cii... berulang-ulang; cuik-cuik-cuik-cuik-cuik... cepat dan monoton; cieciecieciecie..ciecie..cie..cie tiba-tiba, cepat dan makin lambat; cink-cink-cink... , ciew ! ..ciew ! memanggil; cwi.. cwi.. perlahan, atau suara tunggal twiiiii... agak panjang, serta aneka suara lainnya. Suara peringatan bahaya: cekcekcekcekcekcek-cek-cek-cek... .
Cinenen pisang menyebar mulai dari India hingga Tiongkok, Hainan, Asia Tenggara, Semenanjung Malaya, dan Jawa.
Jenis Jenis Prenjak  yang kita kenal di pasaran secara umum maupun yang populer dikalangan pecinta burung 
 
Prenjak Kebun
Burung Prenjak ini memang kerap kita temukan di sekitar kebun pekarangan rumah sehingga burung ini disebutlah Prenjak Kebun. Memiliki ukuran tubuh paling kecil diantara golongan burung prenjak, namun burung ini sangat lincah dan sangat jarang berhenti diam tak bergerak di dahan atau ranting. Kicauan berisik burung ini di sekeliling rumah dipercaya sebagai tanda akan adanya tamu agung yang membawa rejeki bagi pemilik rumah.

                                                                                        Prenjak Sawah
Perenjak Sawah
Prenjak Sawah yaitu burung prenjak yang sangat sering kita temui di habitat sawah dan padang rumput, ada juga yang menyebut burung ini adalah burung Prenjak pari. Kicauannya sangat khas yaitu klik klik klik... yang dapat dinyanyikan dalam durasi yang lama. Ciri fisiknya adalah memiliki ekor yang panjang hampir sejengkal yang sering dibawah atau digelantungkan. Memiliki bulu dada yang putih bersih dan bentuk fisik yang langsing.












Prenjak Tebu
Prenjak Tebu yaitu burung prenjak yang habitatnya di sekitar perkebunan tebu atau jagung, burung ini juga sangat mirip dengan burung Prenjak Sawah namun dapat kita bedakan dari warna bulu dadanya yang dominan putih kekuningan dengan fisik yang lebih besar dan lebih panjang. Kicauannya lebih engkel dan ngebass dibanding Prenjak Sawah. ada juga yang menyebutkan Prenjak ini adalah prenjak cokelat karena warna bulunya dominan warna cokelat kekuningan



Prenjak Putih
Burung ini habitatnya di padang rumput juga di area persawahan memiliki bulu yang dominan berwarna abu-abu berkombinasi dengan warna putih, untuk yang berkelamin jantan memiliki kalung berwarna hitam dengan dada yang putih, Ekornya yang panjang bila bertemu prenjak jantan lainnya dengan gaya bertarung akan diangkat sambil di pukul pukulkan hampir menyerupai burung merak sambil digenjot-genjotkan kakinya. 




Prenjak Gunung
Burung ini adalah jenis burung prenjak yang paling digemari diantara kicau mania karena memiliki kicauan yang engkel, volume besar dan memiliki variasi yang lebih lengkap. Fisik burung Prenjak Gunung lebih besar dan panjang diantara sekian banyak jenis burung prenjak. Bulu bulunya berwarna cokelat kekuningan yang bervariasi dengan warna belang belang di kepala hingga leher. Habitat burung ini hanya ditemui daerah pegunungan, untuk itulah burung ini disebut sebagai prenjak Gunung.

Itulah jenis jenis burung prenjak yang populer dan begitu laris dipasaran, sehingga jenis burung yang kami sebutkan diatas saat ini mendekati kepunahan karena kerap sekali di buru oleh pemburu atau pemikat burung berkicau jenis prenjak. di pasaran burung-burung itu sangatlah laris yang dijual mulai harga 20rb s.d. 125rb untuk burung bakalan atau muda tangkapan hutan. Sedangkan untuk yang telah rajin berkicau harganya tak terhingga tergantung kualitasnya.

Dalam upaya menghindari kepunahan maka selaku kicau mania ada baiknya mempertimbangkan mengkembangbiakkan burung ini dengan sangat hati-hati dan sabar, karena amat sangat disayangkan bila burung mungil yang kicauannya ada yang diyakini sebagai tanda akan adanya keberkahan bagi pendengarnya atau akan adanya tamu istimewa yang datang kerumah (prenjak kebun/prenjak merah). Namun bila tidak mungkin melakukan penangkaran ada baiknya membiarkan burung ini tetap hidup bebas di alam liar dan kita masih akan terus bisa mendengarkannya hingga anak cucu kita kelak
 

" Sulthan Bird Farm"  Peternak Perkutut Bangkok
Ds. Langgeng, Gedong Bpyo Untung, Turi - Lamongan
Ph: 081393875298   email: djkealmg@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar